Menurut data yang dihimpun Statista, Badan PBB bagian pengungsi, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menerima US$634 juta atau Rp10,39 triliun (asumsi kurs Rp16.397 per US$) dalam bentuk dana fleksibel dari berbagai donor pada 2024

Angka itu US$400 juta lebih rendah dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih lanjut, Statista menjelaskan, dana ini disebut pendanaan fleksibel, artinya tidak diperuntukkan bagi operasi tertentu dan dapat didistribusikan secara bebas sesuai dengan kebutuhan. Maka, UNHCR bisa memberikan respons yang lebih cepat ketika ada krisis yang muncul.

Sementara itu, negara yang menerima funding terbanyak adalah Ukraina dengan total pendanaan tercatat US$36,1 juta (Rp591,94 miliar) pada 2024. Kedua ada Libanon sebesar US$33,7 juta (Rp552,59 miliar). Sementara ketiga adalah Sudan, sebesar US$32,2 juta (Rp527,99 miliar).

Selanjutnya ada Ethiopia sebesar US$28,3 juta (Rp464,04 miliar) dan Sudan Selatan sebesar US$27,7 juta (Rp454,20 miliar).

Lebih lanjut, Statista menjelaskan, Sudan Selatan jadi salah satu negara yang mengalami krisis kemanusiaan paling parah dalam sejarah baru-baru ini, dengan sekitar enam juta orang tambahan yang mengungsi akibat perang yang berlangsung sejak April 2023. Selain itu ada 25 juta orang Sudan yang membutuhkan bantuan darurat pada akhir 2023. UNHCR dilaporkan menerima US$196 juta (Rp3,21 triliun) pada 2023 untuk misinya di Sudan.

Dikutip dari situs resminya, UNHCR, Badan Pengungsi PBB, melindungi orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik dan penganiayaan.

UNHCR bekerja di lebih dari 130 negara, melindungi jutaan orang dengan memberikan bantuan penting, menjaga hak asasi manusia dan membantu mereka membangun masa depan yang lebih baik. (*)

Sumber data: Statista
Tanggal rilis: 19 Juni 2024