Skip to content
Indikator.id
  • Ekonomi Indonesia
  • Politik Pemerintahan
  • Brand
  • Pendidikan
  • Sosial Budaya

Most Viewed This Week

18/04/202218/04/2022

Project NFT Asal Indonesia Haruka Ronin Laris Terjual di Bawah 5 Menit

1
01/04/202204/04/2022

Penentuan Awal Ramadan, Mengapa Bisa Berbeda?

2
23/03/202223/03/2022

Survei: 85 Persen Pemasok Optimis Soal Masa Depan Industri Otomotif

3
21/03/202221/03/2022

Pengamat Sambut Baik GMFI Masuk Industri Pertahanan

4
04/02/202206/02/2022

Olimpiade Beijing 2022, antara Ambisi dan Gengsi

5
06/01/202206/01/2022

Anggota DPR RI Bambang DH Bagikan 2000 Paket Beras “Puan Maharani” untuk Warga Kurang Mampu di Surabaya -Sidoarjo

6

Search Field

Idulfitri
  • Home
  • 2021
  • June
  • 30
  • Perjalanan Baru Ivermectin dari Obat Cacing Menjadi Terapi Covid-19

Jumlah Kasus Covid 19 Melonjak, BOR Pun Makin Terdesak Hingga Capai 100 Persen

PPKM Darurat Pertimbangkan Kebijakan Malaysia dan India

  • Sosial Budaya

Perjalanan Baru Ivermectin dari Obat Cacing Menjadi Terapi Covid-19

admin.indikator 30/06/202130/06/2021

JAKARTA – Dukungan penggunaan Ivermectin sebagai terapi Covid-19 terus mengalir. Menteri BUMN Erick Thohir dan Ikatan Dokter Indonesia kompak mendorong dikeluarkannya izin penggunaan darurat obat tersebut.

Ivermectin sejatinya digunakan sebagai obat cacing. Penggunaan obat ini biasanya hanya setahun sekali. Belakangan Ivermectin mulai direkomendasikan sebagai obat terapi Covid-19.

Menteri Erick sejak Mei 2021 sudah menyurati Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar mengeluarkan emergency use authorization (EUA) atas Ivermectin.

Permintaan itu disampaikan Erick setelah PT Indofarma, Tbk. mengajukan permohonan praregistrasi kepada BPOM untuk obat tersebut. Dalam suratnya Erick berharap Ivermectin menjadi produk lokal untuk pencegahan dan pengobatan Covid-19.

Pemerintah memiliki dasar untuk pengajuan tersebut. Pertama temuan Indofarma bahwa Ivermectin efektif mencegah dan membasmi Covid-19. Kedua, National Institute of Health di AS telah meningkatkan Ivermectin sebagai opsional terapi Covid-19 sejak 15 Januari.

Ketiga, Slovakia telah menerbitkan UEA Ivermectin sebagai obat terapi Covid-19 dan menggunakannya secara nasional.

Belakangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan dukungan untuk menggunakan obat tersebut sebagai terapi Covid-19. Padahal sebelumnya IDI secara tegas menyebut Ivermectin bukan obat Covid-19.

IDI berpedoman pada Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat yang sudah merekomendasikan Ivermectin untuk terus digunakan dalam rangka uji klinis.

Ketua Umum IDI Dr Daeng M. Faqih mengakui hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat mematikan virus Covid-19. IDI mendukung upaya mempercepat dan memperbanyak uji klinis Ivermectin untuk dapat digunakan sebagai salah satu obat penanganan Covid-19.

Dia menjelaskan sejatinya obat yang saat ini dipakai di seluruh dunia untuk membantu penyembuhan Covid-19 belum menggunakan evidence based atau berasal dari penelitian secara ilmiah (uji klinis).

Obat Covid-19 yang saat ini dipergunakan hanya berdasarkan empirical based atau berdasarkan pengalaman di beberapa negara yang sudah menggunakannya.

Menurutnya, saat ini lonjakkan Covid-19 di Indonesia sangat tinggi sehingga rencana Pemerintah menggunakan Ivermectin dinilai sebagai salah satu ikhtiar mencari obat Covid-19.

“Kasihlah ruang bagi Pemerintah untuk dapat mencari obat Covid-19. Jangan belum apa-apa sudah mengatakan Ivermectin tidak baik untuk membantu pengobatan Covid-19,” kata Faqih, dikutip Minggu (27/6/2021).

Di sisi lain, BPOM mengeluarkan sinyal untuk mendukung penggunaan Ivermctin. Badan itu berencana menyampaikan persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK) Ivermectin hari ini. Pertemuan pers dijadwalkan berlangsung pukul 12.45 WIB.

Meski begitu, sejumlah kalangan telah mengingatkan bahwa penggunaan ivermectin secara berlebihan bakal menimbulkan sejumlah risiko pada tubuh.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam menegaskan Ivermectin tergolong dalam obat keras. Biasanya obat ini hanya digunakan sebagai obat cacing dengan dosis sekali minum.

“Jika berlebihan bisa merusak liver. Gejala efek samping mual, muntah, mencret, pusing, lemas, meriang,” katanya kepada Bisnis, Selasa (22/6/2021).

Ari enggan berkomentar terkait pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir yang menyebut Ivermectin dapat menjadi terapi bagi pasien Covid-19.

Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengingatkan Ivermectin mesti dikonsumsi berdasarkan resep dokter. Efek samping yang dapat terjadi mulai dari ruam kulit, diare, gangguan neorologis hingga mengalami penurunan tekanan darah dan hepatitis.

“Kita tidak mengetahui lagi apa yang bisa terjadi karena ini bisa juga sifatnya individual. Artinya harus betul-betul diawasi dan diperhatikan supaya masyarakat tidak sembarangan akhirnya bebas mengonsumsi obat-obat ini,” terangnya (Ist).

Kurs Dollar

Harga Emas

Google Trends

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post
  • Politik Pemerintahan

PPKM Darurat Pertimbangkan Kebijakan Malaysia dan India

admin.indikator 01/07/2021

JAKARTA (Indikator) – Pemerintah resmi menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3-20 Juli 2021. Adapun, penerapannya mencontoh India yang juga sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19. Mengutip dokumen usulan PPKM Darurat, dalam pengambilan keputusan PPKM Darurat, Pemerintah mempertimbangkan kebijakan di Malaysia dan India. Malaysia menerapkan lockdown nasional sejak 28 Mei 2021 dan masih berlaku […]

Sebuah kawasan di Mumbai terlihat sepi setelah pemerintah India memberlakukan lock down.

Related Post

  • Sosial Budaya

Atlet Dunia Dalam Pertarungan Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia Belum Capai Target

admin.indikator 30/07/202130/07/2021

SURABAYA (Indikator) – Pertarungan sengit dalam laga Olimpiade Tokyo 2020 tak diragukan lagi. Meski ajang olahraga internasional ini dibayang bayangi pandemi covid 19, para atlet dari berbagai negara tetap bersemangat unjuk kebolehan demi merebut medali. Jepang yang terkenal dengan budaya disiplin yang tinggi memimpin dengan perolehan 15 medali emas, 4 perak dan 6 perunggu. Disusul […]

  • Sosial Budaya

Olimpiade Beijing 2022, antara Ambisi dan Gengsi

admin.indikator 04/02/202206/02/2022

SURABAYA (Indikator) – China lebih beruntung daripada Jepang sebagai negara penyelenggara pesta olahraga paling bergengsi di jagat raya ini. Kedua negara ekonomi terbesar di Asia itu sama-sama menyelenggarakan Olimpiade di tengah pandemi global COVID-19. Bedanya, Olimpiade Musim Panas yang biasa dikenal dengan Summer Olympic yang digelar di Tokyo beberapa kali ditunda akibat pandemi sebelum akhirnya […]

  • Sosial Budaya

Sebanyak 28 Atlet Berkesempatan Merebut Prestasi di Olimpiade Tokyo 2020

admin.indikator 27/07/202130/07/2021

SURABAYA (Indikator) – Sebanyak 28 atlet kawakan dikirim pemerintah Indonesia ke ajang Olimpiade Tokyo 2020. Mereka adalah atlet terbaik di cabang olahraga masing-masing. Karena itu, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari pun optimis, 28 atlet yang akan berlaga di 8 cabang olah raga ini mampu meningkatkan peringkat Indonesia dari posisi ke-46 di Olimpiade […]

Breaking News

Project NFT Asal Indonesia Haruka Ronin Laris Terjual di Bawah 5 Menit

Penentuan Awal Ramadan, Mengapa Bisa Berbeda?

Survei: 85 Persen Pemasok Optimis Soal Masa Depan Industri Otomotif

Pengamat Sambut Baik GMFI Masuk Industri Pertahanan

Olimpiade Beijing 2022, antara Ambisi dan Gengsi

Anggota DPR RI Bambang DH Bagikan 2000 Paket Beras “Puan Maharani” untuk Warga Kurang Mampu di Surabaya -Sidoarjo

Tahun Baru Bisa Picu Depresi dan Kecemasan, Apa Sebabnya?

Copyright © 2023 Indikator.id. All rights reserved.